QADLA dan QADAR ALLAH SWT


QADLA dan QADAR ALLAH SWT

DIALOG ANTARA GURU DENGAN MURIDNYA
            Dialog guru dengan muridnya ini qadla dan qadar.Suatu ketika murid memberanikan untuk bertanya pada gurunya.karena pertanyaan itu sudah lama dipendamnya.
            “Wahai guru,engkau seringkali menyampaikan kepadaku tentang suatu yang menarik,hingga aku ingin sekali bertaaanya kepadamu.”
            “Apakah yang hendak kau tanyakan?” tanya gurunya.
            “Mengapa Allah swt. Menciptakan hidayah.di sisi laindia juga menciptakan kesesatan.mengapa todak menciptakan hidayah saja? Mengapa Allahswt mentakdirkan suatu kaum berupa kebahagiaan, sedangkan kaum yang lain mendapat kesegsaraan.mengapa tidak menciptakan kebahagiaan saja? Mengapa Allah menciptakan surga dan neraka?mengapa tidak menciptakan surga saja? Dosa apa yang di takdirkan sehingga orang menjadi tersesat dan sengsara”  demikian pertanyaan murid dengan panjang lebar.
            Kata sang guru : “sesungguhnya, masalah yang engkau tanyakan itu erat kaitannya dengan khalik dan makhluk.Yang pertama kita bicarakan adalah masalah yang beerkaitan dengan makhluk.Masalah ini sesungguhnya erat kaitannya dengan diri kita sendiri dan lebih dekat dengan indera kita.Menurutku,manusia itu mempunyai akal.Dengan akalnya,ia dapat membedakan yang buruk dan yang baik.Dengan akal juga,timbullah pembebanan hukum.Berarti orang berakal itu mukallaf, yaitu dibebankan hukum.Jadi, tidak ada taklif (hukum) terhadap orang gila dan anak kecil,karena mereka tidak memiliki akal sehat.”
            Sang guru melanjutkan.”Di sisi lain,kit mempunyai kebebasan. Ini tidak bisa di sangkal oleh orang yang berakal.Dia berdiri,dudu,bahkan pergi dan kembali lagi karena kebebasannya.Dia boleh bisa berbuat taat kalau mau,dan bisa berbuat kemaksiatan jika mau,dia tidak bisa berdalih karena takdir.”
            “bagaimana jika manusia berdalih segala sesuatu itu karena takdir?” tanyasang murid.
Gurunya menjawab ,” Jika dia berdalih pada takdir, sementara potensi dirinya disisihkan, coba kita pukul saja dia. Atau, kita lecehkan harga dirinya,maka bagaimana reaksinya? Atau kita katakan saja kepadanya,bahwa memukul karena takdir Allah.Kita tidak menolak terhadap suatu yang telah di tentukan. Nah, jika ia tetap membela diri karena takdir,jelas akan kalah dengan hujjah kita.”
            “Bagaimana jika kita menyuh orang lain agar taat,tetapi di jawab bahwa dia akan taat apabila Allah menakdirkannya taat dan Allah memberi petunjuk?” tanya sang murid.
            “Jika demikian, maka katakan saja kepadanya: Sesunguhnya masalah petunjuk itu sama saja dengan rejeki.Allah swt. Maha pemberi rejeki,seperti halnya Allah pemberi rejeki,jika engkau menunggu petunjuk dari Allah tanpa adanya usaha sama sekali,maka sama halnya engkau menuggu jatuhnya rejeki dari langit. Kau duduk saja dan tutup pinu rumahmu,apa mungkin rejeki datang sendiri ke pangkuanmu?” kata sang guru.
            Lanjut sang Guru,” Nah, jika engkau berkata demikian,pasti orang itu akan menolak.Dia akan mengatakan, tentu saja manusia harus berusaha dan berikhtiar mencari rejeki. Jika pengakuannya demikain, maka hujjahnyatentang hidayah atau petunjk bergantung takdir itu sudah tidak masuk akal.”
            Kata sang Guru, ”Terhadap orng yang menyerahkan sepenuhnya terhadap takdir; tidak dapat memahami takdir secara benar, maka perlu diberi contoh yang konkrit.Coba suruh dia memegang api.Lalu katakan, jika api ini ditakdirkan membakartanganmu maka engkau akan terbakar. Jika ditakdirkan tidak membakar, tanganmu tak terasa panas. Maka tentu dia akan menolak perkataan kita. Nah, disinilah makna qadla dan qadar.Sesungguhnya takdir itu ada karena sebab dan akibat.Jika engkau ingin ditakdirkan kaya,maka harus menempuh sebab-sebabnya.Apa sebab-sebabnya itu? Engkau harus bekerja keras dan hati-hati dalam membelanjakan harta.Jika engkau ingin ditakdirkan mendapat hidayah, maka engkau harus berjuang dengan melakukan amalan-amalan yang mulia dan menghindari kemaksiatan.Jika engkau ingin ditakdirkan masuk surga, maka tempuhlah jalan lurus dan jangan durhaka kepadanya.”


Kebahagiaan itu tidak seerta merta Allah berikan pada kita begitu saja. Melainkan melalui usaha dan perjuangan,melalui ibadah dan ketaatan.Begitu pula kesengsaraan.Seorang akan mendapat kesengsaraan karena ia menempuh sebab-sebab, yakni berbuat maksiat dan durhaka kepadaNya.dengan memahami ini kit atidak akan mudah mengkambinghitamkan takdir.

Dikutip dari sebuah buku yang berjudul “QADLA dan QADAR ALLAH”